Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea
<p>Water and Marine Pollution Journal: PoluSea is a journal managed by the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Universitas Brawijaya with the Chief Editor is Defri Yona, S.Pi, M.Sc.stud., D.SC. and Dr. Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP as Section Editor and an editorial board comprising experts in water and marine pollution.</p>Faculty of Fisheries and Marine Scienceen-USWater and Marine Pollution Journal: PoluSea3025-2210<p>Submission of a manuscript implies: that the work described has not been published before (except in the form of an abstract or as part of a published lecture, or thesis) that it is not under consideration for publication elsewhere; that if and when the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the copyright to the publisher.</p> <p><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-nc-sa/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License" /></p>Analisis Komposisi Mikroplastik Pada Tiga Ikan Laut Ekonomis Penting dari Pelabuhan Perikanan di Jawa Timur, Indonesia
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea/article/view/30
<p>Mikroplastik memiliki potensi tinggi untuk tersebar merata di perairan dan terakumulasi pada organisme perairan termasuk ikan. Saluran pencernaan dan organ insang merupakan bagian ikan yang seringkali terkontaminasi oleh mikroplastik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi mikroplastik pada ikan <em>Clupea harengus, Euthynnus affinis, </em>dan <em>Restrelliger brachysoma </em>dengan lokasi yang berbeda diantaranya Pondok Dadap Sendang Biru, Pacitan, dan Mayangan Probolinggo. Analisis dilakukan dengan identifikasi organ dan saluran pencernaan pada ketiga spesies ikan. Komposisi mikroplastik pada sampel organ ikan dianalisis dengan menghancurkan bahan organik melalui perendaman sampel pada laruta H<sub>2</sub>O<sub>2</sub> 30% dan larutan Fe (II) 0,05 M selama 24 Jam. Analisis dilanjutkan dengan penyaringan sampel menggunakan kertas <em>Whatman</em> dan identifikasi menggunakan mikroskop (Olympus CX33). Diantara jenis mikroplastik, fiber dan fragmen merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada ikan <em>Clupea harengus, Euthynnus affinis, </em>dan <em>Restrelliger brachysoma </em>dibandingkan dengan jenis film<em>. </em>Kelimpahan total mikroplastik ditemukan lebih tinggi pada organ dibandingkan pada saluran pencernaan. Terdapat perbedaan jumlah kelimpahan mikroplastik pada ketiga spesies. Spesies <em>Clupea harengus </em>memiliki kelimpahan mikroplastik tertinggi dibandingkan dengan spesies lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ikan yang tidak dapat membedakan antara mikroplastik dan plankton sebagai mangsanya. Kebiasaan makan ikan dengan menyaring air di sekitarnya membuat ikan rentan mendapatkan plankton yang terkontaminasi mikroplastik.</p> <p> </p> <p><em>Microplastics have a high potential to be evenly distributed in waters and accumulate in aquatic organisms including fish. The digestive tract and gill organs are parts of fish that are often contaminated by microplastics. This study aims to analyze the composition of microplastics in fish Clupea harengus, Euthynnus affinis, and Restrelliger brachysoma with different locations including Pondok Dadap Sendang Biru, Pacitan, and Mayangan Probolinggo. The analysis was conducted by organ identification in the three fish species. The composition of microplastics in fish organ samples was analyzed by destroying organic matter through immersion of samples in 30% H2O2 solution and 0.05 M Fe (II) solution for 24 hours. The analysis was continued by filtering the samples with Whatman paper and identifying them with a microscope (Olympus CX33). Among the types of microplastics, fibers and fragments were the most common types of microplastics found in Clupea harengus, Euthynnus affinis, and Restrelliger brachysoma compared to film types. The total abundance of microplastics was found to be higher in organs than in the digestive tract. There were differences in the abundance of microplastics among the three species. Clupea harengus species had the highest abundance of microplastics compared to other species. This is influenced by the condition of the fish, which cannot choose between microplastics and plankton as prey. Fish feeding habits by filtering the surrounding water make fish vulnerable to plankton contaminated with microplastics.</em></p>Arief IdrisAndira RahmawatiSyarifah Hikmah Julinda SariMochamad Arif Zainul FuadLedhyane Ika HarlyanDefri Yona
Copyright (c) 2024 Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-282024-10-282211210.21776/ub.polusea.2024.002.02.1Penentuan Status Mutu dan Tingkat Pencemaran Air di Sungai Bango, Kota Malang, Jawa Timur
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea/article/view/29
<p>Berkurangnya ketersediaan sumber air bersih disebabkan oleh pencemaran di sungai – sungai sebagai salah satu sumber air bersih di permukaan. Secara administrasi DAS Bango meliputi tiga wilayah, yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Keberadaan Sungai Bango sangat penting bagi masyarakat sekitar sungai, seperti digunakan untuk keperluan mandi, masak, irigasi, dan lain – lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kondisi kualitas air dan menentukan status mutu air di Sungai Bango. Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran yaitu menggunakan metode STORET. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak Instansi Dinas Lingkungan Hidup dan data sekunder didapatkan dari hasil pengukuran kualitas air Sungai Bango pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang. Pengukuran kualitas air dilakukan pada 3 titik stasiun dengan waktu pengambilan sampel yaitu pada bulan April – Juni untuk setiap tahunnya. Parameter kualitas air yang digunakan berupa parameter fisika yaitu suhu berkisar antara 23,7 – 29,9°C, <em>Total Suspended Solid </em>(TSS) berkisar antara 3,8 – 98,3 mg/L, parameter kimia yang digunakan yaitu pH berkisar antara 6,46 – 8,4, <em>Dissolved Oxygen </em>(DO) berkisar antara 4 – 7 mg/L, <em>Biological Oxygen Demand </em>(BOD) berkisar antara <1,83 – 5,44 mg/L, <em>Chemical Oxygen Demand </em>(COD) berkisar antara <3,492 – 51,38 mg/L. Berdasarkan analisis data kualitas air menggunakan metode STORET didapatkan hasil bahwa perairan Sungai Bango berdasarkan rata – rata perhitungan metode STORET tergolong kriteria sedang dengan status tercemar sedang (Kelas C). Golongan kualitas air kelas C termasuk dalam kategori air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.</p> <p> </p> <p><em>The reduced availability of clean water sources is caused by pollution in rivers as one of the sources of clean water on the surface. Administratively, the Bango watershed covers three regions, namely Malang City, Malang Regency, and Batu City. The existence of Bango River is very important for the community around the river, such as used for bathing, cooking, irrigation, and others. The purpose of this study is to determine the condition of water quality and determine the status of water quality in Bango River. The method used to determine the level of pollution is using the STORET method. The data used are primary data and secondary data. Primary data is obtained from interviews with the Dinas Lingkungan Hidup and secondary data is obtained from the results of Bango River water quality measurements in 2020 to 2022 from the Dinas Lingkungan Hidup of Malang City. Water quality measurements were carried out at 3 station points with sampling times in April - June for each year. The water quality parameters used are physical parameters, namely temperature ranging from 23.7 - 29.9°C, Total Suspended Solid (TSS) ranging from 3.8 - 98.3 mg/L, chemical parameters used, namely pH ranging from 6.46 - 8.4, Dissolved Oxygen (DO) ranging from 4 - 7 mg/L, Biological Oxygen Demand (BOD) ranging from <1.83 - 5.44 mg/L, Chemical Oxygen Demand (COD) ranging from <3.492 - 51.38 mg/L. Based on the analysis of water quality data using the STORET method, the results show that the waters of the Bango River based on the average calculation of the STORET method are classified as medium criteria with moderately polluted status (Class C). Class C water quality groups are included in the category of water used for fisheries and livestock purposes.</em></p>Gisela Manda AgustinaMohammad MahmudiNanik Retno Buwono
Copyright (c) 2024 Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-282024-10-2822132310.21776/ub.polusea.2024.002.02.2Deteksi Bakteri Salmonella sp sebagai Bioindikator pada Budidaya Udang Vaname di Pesisir Probolinggo
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea/article/view/33
<p>Perairan pesisir Probolinggo menjadi salah satu sumber air baku untuk media budidaya udang vaname. Kasus penolakan hasil produksi udang yang diekspor karena teridentifikasi adanya bakteri <em>Salmonella sp</em> yang dapat berasal dari perairan budidaya. Hal ini telah banyak terjadi dikarenakan bakteri merupakan salah satu indikator keamanan pangan Keberadaan bakteri <em>Salmonella sp</em> tersebar di perairan dimana menjadi habitat dari udang vaname yang dibudidayakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri <em>Salmonella sp</em> pada perairan pesisir Probolinggo sebagai bioindikator kegiatan budidaya udang vaname pada air di pesisir Probolinggo dan mengetahui kondisi parameter fisika-kimia perairannya. Penelitian menggunakan metode survei dengan pengukuran dilakukan secara insitu dan eksitu. Hasil penelitian diperoleh rata-rata total bakteri Salmonella dengan tiga kali pengambilan sampel di 5 stasiun pada kisaran 136,67 – 5025,33 CFU/ml dan dikatogerikan telah perairan telah tercemar bakteri Salmonella. Kadar bakteri Salmonella di 5 stasiun tidak berbeda nyata dan hasil pengukuran parameter suhu (30 – 32°C), pH (7,48 -7,59), oksigen terlarut (5,53 - 7,23 mg/L), salinitas (16,33 – 28,33 ppt), nitrit (0,0037 - 0.0121 mg/L), amonia (0,0565 - 0.1119 mg/L), dan total bahan organik (31.18 - 56.04 mg/L) menunjukkan nilai optimal dan masih sesuai dengan standar baku mutu air sumber budidaya udang vaname.</p> <p> </p> <p>The coastal waters of Probolinggo are one of the sources of water supply for vaname shrimp farming media. Cases of rejection of exported shrimp production results due to the identification of <em>Salmonella sp</em> bacteria that can originate from cultivated waters. This has happened a lot because bacteria are one of the indicators of food safety. The presence of <em>Salmonella sp</em> bacteria is spread in waters where the habitat of cultured vaname shrimp. The purpose of the study was to determine the presence of Salmonella sp bacteria in the coastal waters of Probolinggo as a bioindicator of vaname shrimp farming activities in water in coastal Probolinggo and determine the condition of physico-chemical parameters of its waters. The study used a survey method with measurements taken insitu and exitu. The results obtained the average total Salmonella bacteria with three sampling times at 5 stations in the range of 136.67 - 5025.33 CFU/ml. . Salmonella bacteria levels at 5 stations were not significantly different and the measurement results of temperature parameters (30 - 32°C), pH (7.48 -7.59), dissolved oxygen (5.53 - 7.23 mg/L), salinity (16.33 - 28.33 ppt), nitrite (0.0037 - 0.0121 mg/L), ammonia (0.0565 - 0.1119 mg/L), and total organic matter (31.18 - 56.04 mg/L) showed optimal values and were still in accordance with the water quality standards for vaname shrimp culture sources.</p>Muhammad MusaMohammad MahmudiAstri Lestari
Copyright (c) 2024 Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-282024-10-2822243310.21776/ub.polusea.2024.002.02.3Kelimpahan Mikroplastik pada Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) dan Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Yang Didaratkan di PPP Mayangan, Probolinggo
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea/article/view/32
<p>Ikan kembung (<em>Rastrelliger kanagurta</em>) dan ikan lemuru (<em>Sardinella lemuru</em>) merupakan dua spesies ikan yang umum ditangkap di PPP Mayangan Probolinggo dan memiliki peluang yang tinggi untuk terkontaminasi oleh mikroplastik. Sampel ikan diambil secara acak dan diukur morfometrik (panjang dan berat tubuh) sebagai informasi biologis pendukung dan validasi untuk penggunaan uji perbedaan morfometrik dari kedua jenis ikan terhadap data kelimpahan mikroplastiknya. Analisis kelimpahan mikroplastik pada kedua jenis ikan dilakukan dengan mengidentifikasi dan membandingkan kelimpahan partikel antara kedua jenis ikan berdasarkan jaringan/organ ikan, tipe partikel, ukuran partikel, serta warna partikel. Bahan organik dihancurkan menggunakan metode destruksi H<sub>2</sub>O<sub>2</sub> 30% dengan perbandingan 1:20. Analisis FTIR digunakan untuk mengetahui jenis polimer dari mikroplastik. Hasil menunjukkan terdapat kelimpahan sebanyak 52,20 ± 22,81 partikel/individu pada ikan kembung dan 61,20 ± 10,48 partikel/individu pada ikan lemuru. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan kelimpahan partikel yang signifikan berdasarkan asal organ/jaringan maupun tipe, ukuran, dan warna partikel. Dapat disimpulkan bahwa partikel mikroplastik yang dikonsumsi oleh kedua jenis ikan cenderung memiliki karakteristik yang sama: bertipe fragmen atau fiber, berwarna hitam atau biru, dan berukuran berkisar 50-100 µm. Hasil FTIR menunjukkan partikel dengan tipe <em>cotton fibre. </em>Kontrol kualitas data mikroplastik dari sampel (tingkat kontaminasi udara 1,59 %) didapatkan dari blanko (kontrol negatif) dengan mempertimbangkan kelimpahan dan karakteristik mikroplastiknya.</p> <p> </p> <p>Mackerel (<em>Rastrelliger kanagurta</em>) and the Bali Sardinella (<em>Sardinella lemuru</em>) are two common fish species caught in the Mayangan Probolinggo Fishing Port (PPP) and are highly susceptible to microplastic contamination. Fish samples were picked randomly and their morphometric (body length and weight) were measured as supporting biological information and validation for the usage of difference testing of both species’ morphometrics to their microplastics abundance. Analysis of microplastic abundance in both fish species was conducted by identifying and comparing particle abundance between the two species based on fish tissues/organs, particle type, particle size, and particle colour. Organic material was destroyed using a 30% H<sub>2</sub>O<sub>2</sub> destruction method with a ratio of 1:20. FTIR was performed to determine the polymer of microplastics. The results showed an abundance of 52.20 ± 22.81 particles/individual in mackerel and 61.20 ± 10.48 particles/individual in <em>Bali Sardinella</em>. Statistical analysis indicated no significant differences in particle abundance based on organ/tissue origin or particle type, size, and colour. It can be concluded that the microplastic particles consumed by both fish species tend to have similar characteristics: fragmented or fibrous type, black or blue colour, and a size of 50-100 µm. FTIR results indicated cotton fibre type particle. Quality control of the microplastic data from samples (air contamination level of 1,59%) was obtained from blank samples (negative control) with their abundance and characteristics taken into consideration.</p>Achmadika AvisinaDefri YonaVictor Adi WinataHazimah Binte Mohamed NorAida Sartimbul
Copyright (c) 2024 Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-282024-10-2822345310.21776/ub.polusea.2024.002.02.4Pemanfaatan Diatom sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Mangrove Muara Bajulmati, Kabupaten Malang
https://poluseajurnal.ub.ac.id/index.php/polusea/article/view/34
<p>Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem di kawasan pesisir yang memiliki peran krusial bagi lingkungan. Pemantauan terhadap kondisi perairan mangrove sangat penting dilakukan guna menjaga keberlanjutannya. Salah satu bioindikator yang dapat digunakan untuk tujuan ini adalah diatom. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi diatom di berbagai habitat (akar, kolom air dan sedimen mangrove) dan memanfaatkan mikroorganisme ini sebagai agen bioindikator pencemaran di ekosistem mangrove Muara Bajulmati. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama Maret hingga April 2024 di tiga stasiun pengambilan sampel. Data yang dikumpulkan meliputi komposisi diatom dan hasil pengukuran parameter kualitas air fisika dan kimia. Analisis data yang digunakan adalah indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 – 17 genus yang teridentifikasi pada akar, kolom air, dan sedimen mangrove Muara Bajulmati. Kondisi perairan di lokasi penelitian juga mendukung pertumbuhan diatom secara optimal. Selain itu, berdasarkan nilai indeks biologi yang diperoleh, maka habitat kolom air dan stasiun pengambilan sampel pertama memiliki kondisi perairan yang terbaik di kawasan mangrove Muara Bajulmati.</p> <p> </p> <p><em>The mangrove ecosystem is one of the ecosystems in coastal areas that has a crucial role for the environment. Monitoring the condition of mangrove waters is very important to maintain their sustainability. One bioindicator that can be used for this purpose is diatoms. This research aims to analyze the composition of diatoms in various habitats (roots, water column and mangrove sediment) and utilize these microorganisms as a bioindicator agents for pollution in the Bajulmati estuary mangrove ecosystem. Research activities were carried out from March to April 2024 at three sampling stations. The data collected includes diatom composition and measurement results of physical and chemical water quality parameters. The data analysis used is the diversity index, uniformity index and dominance index. The research results showed that there were 15 - 17 genera identified in the roots, water column and sediments of the Bajulmati estuary mangroves. Water conditions at the research location also support optimal diatom growth. In addition, based on the biological index values obtained, the water column habitat and the first sampling station have the best water conditions in the Muara Bajulmati mangrove area.</em></p>Mohammad MahmudiMuhammad MusaNaura Shofi ElradinanEvellin Dewi Lusiana
Copyright (c) 2024 Water and Marine Pollution Journal: PoluSea
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-282024-10-2822546510.21776/ub.polusea.2024.002.02.5